Sabtu, 06 Desember 2014

Lampu Merah Di Persimpangan Pasar Panjang

Pasar Panjang di kenal sebagai pasar yang tanggung. Berbeda dengan pasar lainnya, yang bergumul banyak, pasar ini bentuknya memanjang dan sedikit. Dulunya Pasar ini bekas terminal. Karena tidak terurus, maka terminal ini dipindahkan. Meskipun kondisi tak layak huni, jika dibandingkan dengan kabupaten lain, rakyat subang sudah nyaman kondisi bangunan seperti itu.

Tidak tertatanya arus lalu lintas, menyebabkan pemerintah memasang lampu merah di perempatan jalan pasar panjang. Kepadatan setiap pagi pada ruas jalan pasar panjang membuat aktivitas lalu lintas terhambat. Apakah dengan lampu lalu lintas ini, maka kemudian lalu lintas akan terkendali? 

Lampu Lalu Lintas
Dengan adanya lampu merah tersebut, di satu sisi akan memberikan dampak yang positif bagi kemanan berkendara yang akan melakukan belokan di perempatan. Namun pada sisi yang lain, karena lebar jalan terlalu sempit, dan di salah satu ujung terdapat pasar panjang dan warung penganan, maka mengakibatkan kemacetan yang berujung pada lalu lintas di tengah-tengah perempatan.

Kita bisa melihat hal serupa di perempatan jalan menuju Bandung Electronic Center (BEC). Antrian Panjang pada titik berbelanjaan akan menjadi satu titik kemacetan baru. Pemberian Lampu Lalu Lintas tersebut mestinya diimbangi dengan relokasi pasar panjang, pembuatan pintu masuk parkir di daerah longgar kendaraan, karena pelebaran jalan tidak mungkin di lakukan. 

Akhirnya penulis mengajak pemerintah secara cermat melakukan kajian mendalam dengan memperhatikan aktivitas sosial disekitar. Dengan pembangunan yang asal-asalan, malah makin mengakibatkan kemubaziran yang notabene diperoleh dari Pajak Rakyat. seperti pembangunan gedung di dekat pasar terminal yang sekarang tidak terurus. Hal ini akan memicu timbulnya pertanyaan "Apakah pemerintah kabupaten subang memperhatikan rakyatnya sendiri? atau nafsu tentang harta sudah menguasai para pegawai sehingga yang penting proyek dikerjakan, untuk hasil asal-asalan jg bisa?".  Entahlah..

Jumat, 05 Desember 2014

Baso Mang Heri dan Es Krim Cincau Amelia

Pasca kenaikan pengumuman kenaikan BBM yang diumumkan langsung oleh Presiden Jokowi 17 November 2014 lalu pro kontra terus bergulir berdatangan. Ada Rakyat yang menerima dengan lapang dada, ada juga yang mengeluarkan protes dalam bentuk demonstrasi, dan sebagian lagi menerima dengan tenang di alam sana. 

Kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang dinilai Presiden Jokowi merupakan langkah yang tepat untuk menopang pembangunan Republik Indonesia. Dengan mencabut subsidi sebesar Rp. 2000, maka harga premium yang tadinya Rp. 6500 naik menjadi Rp. 8500. Dampaknya, sudah dapat kita tebak. Dengan harga ongkos transportasi yang naik, terjadi peningkatan di segala sektor termasuk harga-harga bahan pokok dan makanan. Pemerintah kemudian mengimbangi dengan Pemberian Dana Kompensasi BBM sebesar Rp. 400.000 melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). 

Dalih yang digunakan pencabutan subsidi tersebut akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur Republik Indonesia. Padahal kalau kita kaji lebih lanjut, tentunya kita bisa memangkas dari Anggaran Belanja Pegawai (baca : GAJI PNS) untuk pembangunan di Indonesia.

Saya pun ikut merasakan bagaimana kemudian kenaikan BBM ini sampai mempengaruhi jenis jajanan yang saya makan. Biasanya sehari bisa untuk membeli Ayam Goreng Sabana, berubah menjadi Baso Malang Mang Heri dan Es Krim Cincau sebagai pencuci mulut.

Baso Malang Mang Heri dan Es Krim Cincau Amelia
Baso Malang Mang Heri sangat ramai dikunjungi karena rasa nya yang khas dan mempunyai cita rasa tinggi di lidah pembeli. Semangkuk porsi dihargai dengan Rp. 6000. Harga tersebut untuk sehari-hari terhitung murah daripada membeli nasi timbel yang menghabiskan rata-rata sekitar Rp. 15.000 sekali makan. Biasanya satu porsi untuk makan satu keluarga. Baso ini berdampingan dengan Es Krim Cincau, terletak di Dekat Telkom Jl. Arif Rahman Hakim sebelum SMKN 1 Subang dan persis berada dekat dengan SMPN 4 Subang.

Preman lagi nagih jatah 
Nah, bagi para pecinta kuliner rakyat di sekitaran subang tidak ada salahnya untuk mencicipi. Di tengah arus naik nya harga-harga bahan pokok, tentunya makan enak dengan harga minim dapat terpuaskan dengan berkunjung kesana. Selamat menikmati.. :)

Kamis, 04 Desember 2014

Awal Kehidupan Sarjana

Mari kita mulai dengan membayangkan. Di satu sisi kita sedang melihat seekor kura-kura di dalam baskom seukuran tidak kurang lebih dari 1,5 meter. Di sisi lainnya kita melihat seekor kura-kura sedang berjuang di menuju pantai lepas. Padahal kura-kura tersebut sama-sama sedang berenang. Apa yang membedakan? Ya, tempat mereka tuju membuat sebuah perbedaan arena perjuangan selanjutnya.

Tidak terasa waktu menggerus hidup kita dengan sangat cepat. Baru saja saya rasa kemarin masih melaksanakan KKN,tapi waktu begitu cepat berlalu sehingga hari ini tepat satu bulan setelah wisuda dilaksanakan. Tidak banyak yang saya lakukan sambil menunggu ijazah dari kampus yang tak kunjung datang berita nya. Saya menghabiskan waktu dengan bersantai, sesekali melakukan pekerjaan sebagai seorang aktivis atau pun sebagai seorang kakak pramuka.

Ada rindu saat masa kuliah dulu. Rindu dengan senyum ketus dosen, tugas-tugas hebat nya, rasa abadi, yang mungkin takkan pernah saya lupakan seumur hidup. Menjadi Mahasiswa merupakan sebuah kehormatan. Sehingga saya bertemu orang-orang luar biasa, sempat melakukan Kuliah  Kerja Nyata di pedesaan, melihat dunia dengan cakrawala tak terbatas. 

Melalui blog ini, saya ingin menyapa teman-temanku, hai sarjana muda? Apakabar kah engkau hari ini? masih kuat kah engkau melangkah meneruskan pengabdian dan pengamalan tanpa pamrih? semangat terus kawan... perjuangan hari ini, bukti kebahagiaan di masa tua nanti.. SEMANGAT !!!

sarjana muda
Dari Kiri ke Kanan : Pian. Rindy, Ria, Intan, Melly, dan Bete.. hehe